Muhasabah
Pagi ini, selesai semua pekerjaan rumah
dari mulai nyapu sampai nyuci piring dan nyuci pakaian, aku putuskan untuk
bersantai di kamar sang mb kesayangan dengan online fb dan twitter. Saat on di
fb terlihat status sang Ayah tentang keterlambatannya ke bandara sehingga
pesawat yang akan dinaiki oleh beliau sudah terbang. - Hehe. (Dasar Ayah) :D Kemudian Ayah menelfon dan
memberi kabar bahagia tentang satu permintaanku kepadanya saat sebulan yang
lalu inginkan suatu benda dan dia memberitahu bahwa benda itu telah ia beli dan
untukku. Tak henti rasa bahagia saat Ayah berucap, “Kemarin mb mau Ayah belikan
****** kan? Sudah ayah beli dan nanti kalau mb pulang waktu lebaran, mb ambil.”
Jawabku, “Kelamaan ayah, kirimkan saja.” (sambil tertawa kecil karena saking
bahagianya). Alhamdulillah. Ucapan syukur ini tak henti aku lontarkan. Terus
apa hubungannya dengan judul diatas? “Muhasabah” (Intropeksi Diri) Hmm, apa ya?
Hah, Cek I Do Te..
“MUHASABAH”
Apa
itu? Kata yang tak asing lagi kita dengar bukan?
Muhasabah
adalah Evaluasi diri atau akrabnya kita sering sebut intropeksi diri.
-Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw., bahwa
beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya
sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang
lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap
Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)-
Pentingnya Muhasabah bagi seorang muslim, sebab dengannya
kita akan lebih bisa tahu apa yang kurang dari diri kita, kesalahan apa yang
menyebabkan kita begini dan begitu atau karena apa kita melakukan kesalahan
itu?
Tertuju kembali pada cerita telah dibelikannya benda yang
aku inginkan oleh sang Ayah, maka akan kita kaitkan sekarang dengan muhasabah.
Beberapa menit sehabis Ayah selesai menelfon aku terdiam
dan tiba-tiba air mata itu jatuh. Aku merasa malu kepada Dzat yang Maha
Memberi. Malu sebab aku masih berada dalam lingkarang sang Futur yang menyebalkan.
Terbenakku sampai air mata jatuh adalah karena aku merasa beruntung namun
kadang lalai untuk bersyukur kepada Rabb yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya.
Ya, malu ketika begitu banyak pemberian-Nya yang tak terkira mulai dari nafas, Nikmat
Islam, iman dan Taufik serta Hidayah-Nya yang membuatku menjadi seorang Putri
yang sekarang, kedua orang tua yang masih ada, adik-adik yang lucu, keluarga
yang senantiasa mendukungku, punya mbak yang menyayangiku, insan-insan Shalihah
nan bijaksana yang menemani hari-hariku, masa-masa kuliah yang masih bisa aku
nikmati, dan masih banyak nikmat-Nya yang tak sanggup aku hitung.
Muhasabah dari nikmat nafas. Terkadang, saat bangun tak
jarang doa lupa aku tuturkan pada sang Maha Menghidupkan. Padahal Dia begitu
amat mencintaiku yang karena cinta-Nya kepadaku, aku masih mampu menghirup
udara pagi hari, melaksanakan Shalat subuh dan menjalankan aktivitasku.
Nikmat Islam, iman dan Taufik serta Hidayah-Nya yang
membuatku menjadi seorang Putri yang sekarang. Mampu memilah mana yang benar
dan yang salah. Mampu tahu yang syar’i dan yang hanya logika saja. Allah
mencintaiku dengan berubahnya aku seperti ini. –Terimakasih ya Rabb- :’)
Kedua Orang Tua yang masih utuh aku miliki yang tak
jarang karena keasyikan dalam bermain dan tinggal di Yogya aku lupa menghubungi
mereka. (Astaghfirullah) L Pun tak jarang kemanjaanku
sbg anak membuat mereka terbebani untuk menuruti permintaanku akan suatu benda
atau yang lain. Tak jarang pula aku memintanya dengan sesekali memaksakan
kehendakku. –Maafkan Mbak, Ayah, Ibu- :’(
Adik-adikku yang lucu yang tak jarang aku lupa menanyakan
kabar mereka. Pun tak jarang aku lupa bahwa sebelum aku mendakwahi
teman-temanku, lingkup keluarga jangan sampai aku lupakan, tapi kadang aku
masih saja tak menghiraukan perkembangan mereka disana. –Maafkan Mb, Ridho,
Ofiq- :’(
Keluargaku yang masih mendukungku. Nenek, Atok, Mbah
Lanang, Mbah Wedok. Kakek dan nenek dari Ayah dan Ibu yang masih lengkap.
Bukankah ini nikmat-Nya? Ketika diluar sana mungkin ada yang tidak bisa melihat
dan merasakan kasih sayang Kakek dan Neneknya lagi
Memiliki Mb kesayangan yang senantiasa berucap “Kan ada
Mb disisi Adek,” saat aku sedang sedih dan butuh seseorang yang mengerti
suasana hatiku, tapi tak jarang aku sakiti dia dengan sikap egoisku yang
inginkan sesuatu besar untuk kebaikannya dengan penyampaian yang salah. –Maafkan
Adek, Mb Sayang- :’(
Insan-insan shalihah nan bijaksana yang menemani
hari-hariku. Yang mungkin lewat lidah tak bertulang ini aku menyakiti mereka,
lewat sikap yang tanpa aku sadari melukai perasaan mereka, yang dengan candaku
kadang membuat perih hati mereka., dan yang dengan kemanjaanku membuat
kesalahpahaman dan kecemburuan antar sesama. –Maafkan aku- :’(
Untuk masa-masa kuliah yang masih ku nikmati hingga saat
ini yang diluar sana tak semua bisa kuliah dan merasakan punya banyak
teman-teman dari segala penjuru wilayah di Indonesia.
Sekarang, satu pertanyaan dalam benakku yang
mengakibatkan air mataku jatuh. “Fa Biayyi ‘Alaaaaai Rabbikuma Tukadzibaan?”
(Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?)
Bait-bait kata
indah untukku, untukmu, untuk kita.
Bukankah begitu
banyak nikmat-Nya yang masih aku rasakan, namun kadang aku lalai bersyukur atas
pemberian-Nya?
Atas nafas yang
masih bisa aku hirup
Atas nikmat
memiliki Ayah Ibu yang masih utuh
Atas tubuh yang
masih bisa berdiri tegak
Atas kasih sayang
dari orang-orang sekitar
Atas makanan
yang masih bisa dimakan dengan hanya membeli tanpa mencari uangnya terlebih
dahulu
Atas masa-masa
indah dibangku perkuliahan
Atas sesuatu
yang aku inginkan dan Engkau mengabulkan
Atas
kebersamaan dengan insan-insan shalihah
Atas Islam dan
Iman serta Hidayah yang masih melekat dalam hati
Ah, begitu
sombongnya aku yang lalai bersyukur
Rabb, ampuni
aku, rangkul kembali jiwa yang lemah ini agar dekat selalu pada-Mu
Terimakasih
atas segala yang telah Engkau beri dalam kehidupanku
Aku
Mencintai-Mu
Aku
Merindukan-Mu
Hufh, tarik
nafas dulu ya. :p Kawan, Dia begitu baik bukan? Saat jiwa kita lalai dari
mencintai-Nya, lalai dari merindukan-Nya, lebih mencintai nikmat dunia dari
pada menyiapkan bekal akhirat, dan lebih terbuai dengan kenikmatan dari-Nya
sehingga kita lupa bahwa nikmat dari-Nya adalah bentuk kasih sayang-Nya pada
kita, tapi kadang kita terlalu menikmati nikmat-Nya hingga lupa akan Dia.
Tapiiiiiiii, Dia tak pernah lupa akan kita, Dia tetap menyayangi kita, meski
kadang kita lalai, meski kadang kita buat Dia murka, meski kadang kita sakiti
Dia, meski kadang kita Ingkar atas janji-Nya.
Sekarang.
Bangkit bersamaku untuk membuat-Nya mencintai kita, yuk!!! ^^ Bangkit untuk
membuat-Nya rindu pula dengan kita. Sebab jika Dia telah mencintai kita, maka
ketika lisan kita berucap adalah dengan lisan-Nya, mendengar dengan
pendengaran-Nya, melihat dengan penglihatan-Nya dan melangkah dengan Kaki-Nya.
Semoga kita senantiasa dalam nanungan hidayah dan Taufiq-Nya hingga bila kelalaian
kembali kepada kita, kita mampu perbaiki segera.
“MUHASABAH
CINTA”
NB ; Jangan pernah bosan baca tulisan
saya ya.. :p
Sabtu, 30
Maret 2013
@My fav room
in DT
“Princess
Shalihah”
Yang akan
terus berkarya.. (^^)